# Latar Belakang "Nutry Smart"

 

Dunia saat ini tengah menghadapi tiga permasalah gizi, atau yang dikenal dengan Triple Burden of Malnutrition (TBM), yaitu kekurangan gizi (wasting, stunting, underweight), kelebihan berat badan, obesitas, dan penyakit tidak menular yang diakibatkan oleh pola makan, serta kekurangan vitamin atau mineral yang banyak dikaitkan dengan penyakit anemia. Oleh karena itu, perbaikan gizi menjadi inti dari agenda 2030 untuk pembangunan berkelanjutan. Salah satu tujuan dari target kedua agenda pembangunan berkelanjutan adalah mengakhiri segala bentuk malnutrisi, termasuk mencapai target stunting dan wasting pada anak di bawah usia 5 tahun, dan memenuhi kebutuhan nutrisi remaja perempuan, wanita hamil dan menyusui serta lansia. 

Data global pada tahun 2020 menunjukkan perkiraan jumlah kasus TBM pada anak di bawah usia 5 tahun yang mengalami stunting sebanyak 149 juta anak, 45 juta diperkirakan mengalami wasting, dan 38,9 juta anak mengalami kelebihan berat badan atau obesitas. Sementara itu, pada orang dewasa ditemukan juga sekitar 462 juta kasus kekurangan berat badan dan 1,9 kasus kelebihan berat badan atau obesitas. WHO juga memperkirakan prevalensi penderita anemia di berbagai kelompok umur, diantaranya 40% dari kelompok anak usia 6–59 bulan, 37% dari kelompok wanita hamil, dan 30% dari kelompok wanita usia 15-49 tahun. 

Kasus TBM di Indonesia dapat dilihat dari beberapa sumber data. Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) pada tahun 2022 menunjukkan angka kasus kekurangan gizi pada balita, yaitu stunting sebesar 21,6% dan wasting 7,7%. Sebelumnya di tahun 2018, tercatat 13,6% kasus balita dengan berat badan lebih dan 21,8% obesitas. Sementara kasus obesitas sentral pada kelompok umur diatas 15 tahun sebesar 31% dan kasus anemia sebesar 49,9%. Sumatera Barat menempati posisi nomor 5 di atas rata-rata Indonesia untuk kasus balita stunting dan underweight, dengan persentase masing-masing sebesar 25,2% dan 19,4%. Sementara angka obesitas sentral berada di angka 33%, lebih tinggi dari rata-rata Indonesia (31%). 

TBM dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti tidak memadainya gizi ibu, kurangnya konsumsi makanan bergizi pada balita, dan tingginnya tingkat konsumsi makanan/minuman yang mengandung gula, garam, dan lemak. Penelitian yang membahas TBM juga menemukan bahwa banyak bentuk malnutrisi pada ibu dan anak yang terjadi bersamaan. Misalnya, ibunya mengalami obesitas dan anakanaknya menderita anemia atau kekurangan gizi (stunting, underweight, atau wasting). Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menjadi salah satu instansi pemerintah yang berperan sebagai leading sector dalam upaya penanggulangan permasalahan TBM, terutama yang berfokus pada penanggulangan stunting yang menargetkan ibu hamil dan balita. Namun, berdasarkan hasil diskusi dengan BKKBN Provinsi Sumatera Barat, ditemukan beberapa permasalahan yang dapat menghambat upaya penanggulangan, diantaranya proses pendataan status gizi yang masih dilakukan secara manual oleh kader, sehingga memerlukan lebih banyak waktu untuk proses pendataan informasi dan identifikasi masalah gizi. Selanjutnya adalah edukasi yang dilakukan melalui penyuluhan langsung (tatap muka), sehingga informasi hanya tersampaikan secara parsial dan tidak berkelanjutan. Permasalahan terakhir adalah belum adanya sistem berbentuk aplikasi yang dapat digunakan oleh kader maupun masyarakat umum untuk melakukan deteksi dini secara mandiri terkait keseimbangan pola makan yang mempengaruhi kondisi gizi mereka. 

Perguruan tinggi, melalui para pakarnya, memiliki peran penting untuk mengatasi permasalahan tersebut. Pengembangan aplikasi “Nutrysmart”, sistem cerdas layanan gizi dan keluarga, menjadi salah satu bentuk upaya yang dilakukan dalam pencegahan dan penanggulangan masalah gizi di Sumatera Barat. Program ini disusun oleh sekelompok pakar dari perguruan tinggi yang tergabung dalam tim konsorsium. Para pakar yang terlibat telah memiliki rekam jejak sebagai pendidik, peneliti maupun pengabdi terkait masalah gizi dan pembuatan serta pengembangan aplikasi digital. Para pakar juga telah memiliki produk rekacipta yang dapat diimplementasikan untuk menanggulangi permasalan TBM di Indonesia, khususnya Sumatera Barat. Beberapa rekacipta tersebut berupa produk digital seperti program perhitungan kandungan gizi makanan, media edukasi berbasis augmented reality, website, panorama virtual, hingga teknologi digital dalam budidaya tanaman pangan. Berdasarkan pemaparan di atas, maka dipilihlah skema B1 untuk penyelesaian persoalan yang dihadapi mitra dan masyarakat. Melalui implementasi rekacipta secara terpadu pada satu kota dan empat kabupaten yang dipilih berdasarkan angka kasus stunting tertinggi di Sumatera Barat. Bersama mitra dari BKKBN Provinsi Sumatera Barat, diusunglah beberapa program dalam kegiatan ini, yang diharapkan dapat menjadi solusi untuk mengatasi permasalahan gizi di Sumatera Barat secara berkelanjutan.